Tahap akhir dari proses membuat gerabah adalah pembakaran. Membakar benda yang terbuat dari tanah liat tidaklah mudah. Untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan teknik dan media yang tepat. Hal ini dilakukan pada keramik atau gerabah yang telah dibuat tidak mengalami keretakan atau bahkan pecah.


Pertama-tama benda gerabah yang telah selesai dibuat harus dikeringkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar kandungan air pada benda tersebut menguap dan kandungan airnya rata. Cara
pengeringannya cukup sederhana yaitu cukup disimpan di atas rak terbuka dan diangin-anginkan. Setelah beberapa hari, gerabah dijemur di terik matahari hingga betul-betul kering (kering disini bersifat sementara karena kalau terkena air atau udara lembab maka tanah akan kembali lembek).

Setelah kering, barulah gerabah dibakar dengan cara langsung atau menggunakan alat lain berupa tungku (oven/kiln). Pada umumnya pembakaran keramik dikenal dengan istilah bakar biskuit
(untuk jenis keramik teraccota) atau bakar sederhana dan bakar glasir (untuk keramik berglasir).

Berdasarkan suhu bakarnya gerabah/keramik digolongkan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

1. Earthenware, yaitu jenis keramik yang memiliki suhu matang antara 900–1100 oC. Jenis ini memiliki daya serap 10–5%.

2. Stoneware, yaitu keramik yang memiliki suhu matang sekitar 1200oC. Jenis ini memiliki daya serap antara 2–5% dan memiliki kekerasan seperti halnya batu.

3. Porselen, yaitu keramik yang mamiliki suhu matang sekitar 1260oC dan memiliki daya serap 0 hingga 1%. Bahan ini banyak digunakan untuk bahan industri bangunan mengingat kekerasan dan kestabilannya.